Selama bulan Ramadhan, umat Muslim berpuasa (tidak makan, minum, merokok) selama 10 – 16 jam, dari sejak sebelum matahari terbit hingga matahari terbenam, tergantung di belahan bumi mana. Di Indonesia umat Muslim berpuasa sekitar 14 jam, bahkan umat Muslim di Irlandia berpuasa selama 20 jam sehari. Dengan bervariasinya lama puasa tersebut, bagaimana para diabetisi (sebutan untuk penderita kencing manis / Diabetes Mellitus) menyikapi pemakaian obat anti diabet yang harus dikonsumsi agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh?
Menurut sebuah penelitian (EPIDIAR), risiko terjadinya hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) berat ,yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, meningkat sebesar 4,7 kali pada DM tipe 1 dan 7,5 kali lebih banyak pada DM tipe 2. Risiko hipoglikemi ini dikaitkan dengan penggunaan Insulin atau obat diabet lainnya, serta perubahan gaya hidup, aktivitas yang terlalu drastis. Tetapi risiko hiperglikemi (peningkatan kadar gula darah) berat juga meningkat sebesar 5 kali pada pasien DM tipe 2, dan meningkat 3 kali lipat pada pasien DM tipe 1. Hiperglikemi ini kemungkinan disebabkan karena pengurangan dosis akibat kuatir terjadi hipoglikemi, atau pasien yang mengkonsumsi lebih banyak makanan dan gula.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan :
- Pola makan dan pengaturan makan. Tidak menjadi “lapar gula”, terutama saat berbuka dengan takjil.
- Pastikan konsumsi air cukup setelah Iftar atau Sholat Terawih.
- Sesuaikan waktu dan intensitas aktivitas fisik. Bila ingin berolahraga, sebaiknya dilakukan setelah berbuka.
- Penting sekali kontrol gula darah. Hentikan puasa apabila gula darah mencapai 70 mg/dL atau lebih dari 250 gr/dL. Lakukan tes gula darah pada saat Sahur, pagi, tengah hari, sore, saat berbuka, 2 jam setelah berbuka, dan setiap waktu bila ada tanda-tanda hipoglikemi.
- Gunakan obat diabet dosis biasa saat berbuka dan ½ dosis saat sahur, terutama penggunaan insulin.
- Hindari tidak Sahur. Usahakan makan Sahur “diakhirkan”. Dan berbuka “disegerakan”.
Selamat menjalankan ibadah puasa dengan sehat.
Salam sehat,
dr. Juliani Dewi, SpPK