Akhir-akhir ini viral pernyataan di medsos tentang tidak perlunya lagi diet kolesterol, tidak perlu lagi minum obat kolesterol, dan sebagainya.
Terlepas dari persaingan bisnis obat anti kolesterol, bagaimana kita secara bijak menyikapinya?
Kolesterol merupakan bahan dinding sel makhluk hidup, juga bahan pembungkus saraf, bahan regenerasi otak, dan merupakan bahan pembuat hormon. Tidak salah bahwa kemudian informasi ini dipakai untuk menyerang bisnis obat anti kolesterol dengan tuduhan menyebabkan kepikunan, impotensi, dan sebagainya.
Pada konsensus internasional, masih disebutkan untuk pencegahan penyakit jantung koroner pada penderita kencing manis adalah menjaga kadar LDL (salah satu lemak jahat) kurang dari 100 mg/dL. Demikian juga pada update tentang gangguan lemak penyebab pembuntuan pembuluh darah (atherogenic dyslipidemia), Trigliserida (salah satu lemak jahat juga) berperan pada kejadian penyakit jantung koroner. Banyak data tentang LDL yang telah tercapai targetnya namun masih mengalami serangan jantung, sehingga Trigliserida juga harus dikelola tidak menunggu sampai kadarnya lebih dari 400 mg/dL (ACC AHA 2017).
Jadi perlukah diet kolesterol? Sampai saat ini masih dianjurkan untuk mengurangi makanan dengan kadar kolesterol tinggi seperti jerohan, santan dan minyak kelapa dengan pemanasan, susu penuh, mentega, keju, kuning telur, kaldu pekat, udang, cumi, kerang, kepiting, dan daging berlemak.
Perlukah mengkonsumsi obat anti kolesterol (golongan statin)? Kita harus melihat faktor risiko penyakit jantung koroner pada kita masing-masing untuk menentukan perlu tidaknya mengkonsumsi obat anti kolesterol.
Faktor risiko :
- Merokok
- Kadar HDL < 40 mg/dL
- Usia (laki-laki ≥ 45 th, Wanita ≥ 55 th)
- Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam pengobatan hipertensi)
- Riwayat keluarga serangan jantung usia muda (Laki-laki < 55 th, Wanita < 65 th)
Dengan menghitung jumlah risiko yang ada, maka dapat ditentukan apakah seseorang perlu mendapatkan terapi anti kolesterol atau tidak, berdasarkan kadar LDL nya.
Target kadar LDL :
- Faktor risiko 0 – 1 : < 160 mg/dL
- Faktor risiko ≥ 2 : < 130 mg/dL
- Terdapat Penyakit Jantung Koroner atau Diabetes Mellitus : < 100 mg/dL
- Terdapat Penyakit Jantung Koroner dan Diabetes Mellitus : 70 mg/dL
Bila target LDL belum tercapai, perlu dipikirkan pemakaian obat kolesterol. Apakah jangka lama minum obat kolesterol tidak merusak ginjal? Pertanyaan ini seringkali diajukan. Sampai saat ini, pemakaian obat kolesterol jangka lama tidak dilaporkan menyebabkan kerusakan ginjal. Pemakaian jangka lama akan membantu mengurangi plaque (plak) yang sudah terbentuk di dinding pembuluh darah. Pemakaian obat anti kolesterol jangka pendek tidak akan mengurangi plak yang sudah ada, hanya menurunkan kadar kolesterol dalam darah saat itu.
Jadi mari kita bijak menjaga kesehatan kita: Check up kolesterol rutin, menjaga makanan, dan tetap olah raga secara terukur dan teratur.
Salam sehat.