TERENGAH-ENGAH SAAT OLAHRAGA

Ketika kita berolahraga aerobik atau yang bersifat “kardio” seperti jalan cepat, jogging / running, bersepeda / spinning, kecepatan napas kita (respiratory rate) akan meningkat. Kita merasa terengah-engah. Walaupun demikian, ketika kita berolahraga beban, ternyata kecepatan napas kita juga meningkat. Kita juga akan terengah-engah. Beberapa kondisi lain seperti saat kita ketakutan atau mengalami kecemasan, kecepatan napas dan denyut jantung kita juga akan meningkat.

Tiga langkah dasar bernapas (pertukaran udara) : 1. Ventilasi pulmonal, 2. Respirasi eksternal, 3. Respirasi internal. Ventilasi pulmonal adalah pertukaran udara antara atmosfer dengan paru kita (alveoli; bagian terkecil sistem pernapasan kita). Respirasi eksternal adalah pertukaran udara antara alveoli dengan sel-sel darah di dalam pembuluh darah kapiler paru. Respirasi internal adalah pertukaran udara antara darah dengan sel-sel jaringan, termasuk otot.

Ketika kita berolah raga atau beraktivitas lain, maka sel-sel jaringan otot kita akan mengalami respirasi internal. Kebutuhan akan Oksigen dan energi meningkat. Kebutuhan ini ditangkap oleh otak kita yang akan segera “menyuruh” paru untuk memperbanyak asupan Oksigen dan melepaskan Karbon dioksida. Otak juga akan berespon dengan meningkatkan denyut jantung agar darah yang membawa Oksigen dapat dipompa lebih cepat dan lebih kuat ke jaringan yang membutuhkan. Alhasil, kita jadi terengah-engah dan denyut jantung meningkat.

Selama olah raga, aktivitas divisi saraf simpatetik ANS (Autonomic Nervous System) meningkat dan organ anak ginjal (medula adrenal) melepaskan hormon epinefrin dan norepinefrin. Keduanya menyebabkan relaksasi otot polos di bronkiolus (satuan sistem pernapasan di paru sesudah bronkus), dan jalan napas akan mengembang (dilatasi) . Karena udara tiba di alveoli lebih cepat, maka ventilasi paru meningkat. Hal yang sama terjadi ketika kita mengalami ketakutan, kecemasan, kemarahan atau ketegangan, sehingga akhirnya kitapun terengah-engah dan denyut jantung meningkat.

Apa yang terjadi ketika seseorang mengalami gagal jantung? Jantung mengalami pengurangan kemampuan untuk memompa darah, sehingga sel-sel di jaringan kekurangan Oksigen dan nutrisi yang seharusnya dibawa darah. Oleh karena itu tanpa aktivitas fisik yang berat pun, seseorang yang mengalami gagal jantung akan terengah-engah, sebagai upaya tubuh untuk mendapatkan Oksigen lebih banyak.

PEMERIKSAAN TB-LAM urine

Infeksi Tuberkulosa dimulai ketika kuman TBC ini masuk ke paru melalui pernapasan. Kuman TBC ini kemudian menginvasi jaringan paru. Tubuh kita kemudian bereaksi dengan memanggil banyak sel pertahanan tubuh , suatu usaha tubuh untuk menghambat perkembangan kuman TBC. Tetapi, sebaliknya, bila daya tahan tubuh kita lemah, maka sel-sel pertahanan tadi dapat diserang oleh kuman TBC dan kumannya dapat berkembang biak di dalamnya. Dan bila jumlah kuman TBC semakin banyak, maka kuman tersebut dapat menyebar ke peredaran darah dan sistem limfatik. Kondisi inilah yang disebut dengan Tuberkulosa aktif.

TB-LAM (Tuberculosa Lipoarabinomannan) adalah komponen penting dari dinding terluar sel bakteri Tuberkulosa (Mycobacterium tuberculosa), yaitu dari sel-sel bakteri yang aktif secara metabolik atau sel-sel yang mengalami degradasi atau kerusakan. Komponen ini dibuang melalui urine pasien Tuberkulosa aktif.

Oleh karena itu pemeriksaan untuk mendeteksi TB-LAM Ag diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah, seperti pada penderita HIV dengan CD4 kurang dari 200 sel/mm3 dan pasien-pasien lain dengan kondisi daya tahan tubuh rendah (immunocompromised) yang memerlukan skrining infeksi Tuberkulosa. Demikian juga pada anak-anak, di mana respon antibodinya lebih lemah daripada orang dewasa.

Sampel yang dibutuhkan adalah dengan urine sewaktu. Sangat memudahkan pasien dan tidak merepotkan. Hasil bisa diketahui dalam waktu 30 menit.

MEMBUMI; GROUNDING; EARTHING

Sekitar 60 % tubuh manusia dewasa terdiri dari air. Di dalamnya juga terkandung elektrolit. Elektrolit utama dalam tubuh manusia adalah Natrium, Kalium, dan Klorida. Selain itu juga Kalsium, Fosfat, dan Magnesium. Elektrolit yang terdapat dalam cairan tubuh manusia ini dapat menghantarkan listrik. Banyak fungsi organ tubuh mengandalkan arus listrik dan elektrolit sangat berperan dalam proses ini. Keseimbangan muatan positif dan negatif dari masing-masing elektrolit ini sangat mempengaruhi tubuh kita. Contoh gangguan akibat ketidakseimbangan elektrolit antara lain denyut jantung yang tidak beraturan, mudah lelah, kram, perubahan tekanan darah, kebas, kebingungan, gangguan tulang, gangguan saraf, dan bahkan kejang.

            Grounding adalah istilah yang digunakan untuk mengalirkan kelebihan listrik ke tanah melalui kabel. Bumi adalah konduktor yang sangat baik dan kuat. Bumi adalah tempat pengembalian listrik dalam suatu sirkuit. Bumi memiliki potensial listrik hampir 0, sehingga merupakan tempat yang sangat kuat untuk menerima kelebihan muatan listrik.

            Bila tubuh kita mengalami gangguan elektrolit, dapat dipahami bagaimana teknik “grounding” atau “earthing” dapat sangat membantu kesehatan kita. Teknik “grounding” atau “earthing” ini dapat berupa berjalan atau berbaring atau duduk di rumput, tanah, pasir, atau berenang di danau atau laut. Yang dimaksud berjalan di rumput atau tanah atau pasir bukan berjalan di atas batu atau bangunan atau semen. Dengan sentuhan tubuh kita ke bumi, maka proses “grounding” menyeimbangkan elektrolit tubuh kita. Kelebihan muatan listrik akan disalurkan ke bumi. Aliran darah menjadi lebih lancar, denyut jantung menjadi lebih teratur, kembalinya kekuatan otot-otot, bahkan dapat memperbaiki emosi kita. So, try it 😊

PERIKSA SWAB ANTIGEN ATAU PCR YA?

Swab Antigen CoViD-19 adalah suatu pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus Corona-19 (CoViD-19) di sampel sekret mukosa hidung (nasopharynx).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk skrining (penyaring) adanya infeksi CoViD-19. Artinya, bila hasil negatif, belum tentu seseorang tidak terinfeksi CoViD-19. Tetapi bila hasil positif, hampir bisa dipastikan seseorang tersebut terinfeksi oleh CoViD-19. Oleh karena itu, bila hasil Swab Antigen CoViD-19 negatif, maka bila didapatkan gejala atau adanya kontak erat dengan penderita CoViD-19, dianjurkan untuk meneruskan pemeriksaan dengan Swab PCR CoViD-19.

Adapun gejala terinfeksi CoViD-19 dewasa ini sangat bervariasi. Mulai tidak ada gejala sama sekali (OTG = Orang Tanpa Gejala), atau gejala yang sangat ringan (misalnya badan meriang, atau hanya bersin-bersin, atau hanya tenggorokan terasa tidak enak, atau mual dan kembung seperti gejala masuk angin), hingga gejala yang sedang hingga berat (seperti batuk kering, sesak napas, demam, badan lemas atau sakit semua, hingga gagal napas dan henti jantung).

Pemeriksaan Swab Antigen CoViD-19 dilakukan dengan cara mengambil “sekret” di dinding hidung sebelah dalam (Nasopharynx) menggunakan batang yang telah tersedia dalam kit reagen. Hasil dapat dilihat setelah masa inkubasi sampel selama 15 menit. Hasil yang dibaca setelah 20 menit tidak lagi valid.

Untuk memilih pemeriksaan swab Antigen CoViD-19, harus diperhatikan reagen/alat yang digunakan. WHO masih hanya merekomendasikan 2 merek untuk pemeriksaan swab antigen, yaitu merek Abbot dan merek SD-Biosensor Roche GmBH.

Swab PCR CoViD-19 adalah salah satu pemeriksaan yang menjadi standar baku emas diagnosa infeksi CoViD-19. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel dari usap hidung dan tenggorokan.

Walaupun merupakan standar baku emas, pemeriksaan PCR harus memiliki kriteria yang baik untuk digunakan sebagai alat bantu menegakkan diagnosa. Metode yang menjadi standar baku emas adalah RT-PCR. Gen target yang digunakan idealnya adalah lebih dari 2 gen target, dan salah satunya adalah gen target N.

Bila hasil negatif, belum tentu seseorang tidak terinfeksi CoViD-19, karena untuk ditemukannya virus melalui metode ini dibutuhkan jumlah virus yang cukup dan memperhitungkan masa inkubasi penyakit yaitu 2 – 14 hari. Tetapi bila dari pemeriksaan RT-PCR ini ditemukan virus atau dikatakan hasilnya positif, maka dapat dipastikan seseorang terinfeksi CoViD-19.

Menular tidaknya seseorang yang terindikasi positif melalui pemeriksaan PCR ini tidak dapat dipastikan, walaupun telah melalui masa isolasi mandiri 14 hari. Penelitian menunjukkan masih ada kemungkinan menular 6-8 % meskipun telah melalui masa isolasi mandiri 14 % yang hasil PCR nya masih positif. Memang pemeriksaan PCR tidak dapat menentukan apakah yang dideteksi itu adalah virus hidup atau mati. Untuk memastikan bahwa yang ditemukan adalah virus hidup, harus menggunakan metode kultur virus, di mana di negara kita metode kultur virus masih tersedia untuk penelitian saja.

Nilai CT yang tercantum pada pemeriksaan RT-PCR merupakan nilai yang menjelaskan banyak sedikitnya virus CoViD-19. Nilai CT (cycling time) yang rendah menunjukkan jumlah virus yang banyak. Artinya, alat hanya berputar sedikit kali untuk menemukan virus. Sedangkan nilai CT yang tinggi menunjukkan jumlah virus masih sedikit (tahap awal infeksi) atau  semakin sedikit (tahap akhir infeksi). Artinya, alat berputar banyak kali untuk menemukan virus.

Untuk kriteria kesembuhan tentu saja swab antigen tidak dapat digunakan, karena pemeriksaan swab antigen hanya digunakan untuk penyaring (skrining). Pada umumnya, bila infeksi sudah mencapai hari ke-5 atau lebih, hasil swab antigen negatif, walaupun seseorang masih sangat menular.

Jadi paham ya, harus memilih swab antigen atau swab PCR, disesuaikan untuk kebutuhan apa. Dan harus memilih swab antigen atau PCR yang mana dan bagaimana.

COVID19

Tahun 2020 ini menjadi tahun yang istimewa, karena adanya pandemi COVID19. Pandemi adalah suatu wabah penyakit yang menyerang seluruh dunia. Negara kita terserang infeksi virus ini mulai Bulan Maret 2020. Mengapa disebut COVID19, karena penyakit ini disebabkan oleh virus Corona (Corona Virus) dan ditemukan di akhir tahun 2019. Awal mulai pandemi ini bermula di Wuhan, suatu daerah di Negara China, yang kemudian menyebar meluas ke seluruh dunia dengan sangat cepat.

Sebenarnya virus Corona bukanlah virus baru (ada Virus Corona MERS, Flu Burung, Flu Babi, Flu Onta, SARS). Tetapi jenis yang ini (SARS CoV-2, COVID19), adalah virus Corona baru yang sifatnya sangat mudah menyebar dan menyerang paru pasien dengan kerusakan yang hebat dan cepat. Karena virus Corona jenis yang ini termasuk jenis baru yang sulit, maka banyak sekali pendapat ahli yang terkesan berubah-ubah, bahkan bertentangan. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat virus ini virus baru yang sifatnya juga berubah-ubah.

COVID19 disebabkan oleh virus berjenis virus RNA, yang membutuhkan “inang” untuk hidup dan berkembang biak. Sesuai sifat virus RNA yang mudah sekali bermutasi, tampaknya akan sulit menemukan vaksin maupun obatnya. Ketika vaksin dan obat ditemukan, sifat virus sudah berubah sesuai kecepatannya bermutasi, sehingga vaksin maupun obat yang ditemukan tersebut kurang efektif.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Penting sekali bagi kita: 1. Selalu waspada dan sangat berhati-hati, walaupun tidak menjadikan cemas berlebihan. 2. Tidak mudah mempercayai berita atau hal-hal terkait COVID19 dari sumber yang tidak jelas kebenarannya. Tanyakan hal-hal terkait COVID19 kepada dokter keluarga Anda. 3. Tingkatkan imunitas / daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi, banyak makan sayur dan buah, banyak minum air dan rajin berolah raga, serta istirahat yang cukup. Bila perlu konsumsi vitamin C dan imunomodulator. Penyakit virus sebagian besar dapat sembuh sendiri dengan imunitas / daya tahan tubuh yang baik yang bisa memerangi dan menghalau penyakit ini. 4. Sebisa mungkin tidak keluar rumah (stay at home). Optimalkan waktu di rumah dengan bekerja, bersantai, berkebun, merawat rumah, dan menikmati hobby / kesenangan lain seperti memasak, menjahit, pertukangan atau hal-hal lain yang bahan-bahannya bisa didapat dengan berbelanja di toko online. 5. Apabila harus keluar rumah, selalu gunakan masker 3 lapis (dapat kain 2 lapis ditambah 1 lembar tissue). Penularan virus ini terjadi melalui droplet (percikan air liur, bersin, atau cairan tubuh lain penderita). 6. Di luar rumah, selalu ingat untuk jaga jarak dengan orang lain 1 – 2 m, hindari kerumunan. 7. Sering-sering mencuci tangan dengan sabun cair dan air mengalir. Bila keluar rumah, selalu membawa hand sanitizer untuk digunakan setelah menyentuh barang umum. 8. Setelah bepergian, langsung mandi dan keramas, serta merendam baju yang digunakan dengan deterjen.

Imunomodulator tidak berbahaya untuk digunakan, walaupun pemakaiannya dianjurkan tidak lebih dari 2 bulan. Karena sifatnya mengatur imunitas, maka tidak akan terjadi kelebihan imunitas. Pemakaian vitamin C juga aman, bila berlebih akan dibuang melalui urine. Bila ada masalah lambung, pilihlah vitamin C generasi ke-4 yang aman bagi lambung dan memiliki penyerapan yang lebih baik.

Terakhir, selalu bersikap positif dan bergembira. Hubungi sanak saudara, teman dan handai taulan untuk bercengkerama, bersilaturahmi, dengan video call atau melalui aplikasi seperti zoom, google meet, DM IG, line, atau aplikasi lain.

Stay safe, stay healthy…… Salam sehat…..

PEMERIKSAAN RECTAL SWAB (USAP DUBUR)

Pemeriksaan rectal swab (usap dubur) adalah pemeriksaan yang pada umumnya disyaratkan untuk bekerja di pabrik makanan atau minuman, F&B (Food & Beverage), restoran, kafe atau tempat-tempat di mana pekerja / staf / karyawan kontak dengan makanan atau minuman.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi “pembawa” (carrier) kuman-kuman yang menyebabkan gangguan pencernaan. Mikroorganisma / bakteri / kuman-kuman ini antara lain spesies Salmonella penyebab penyakit Typhoid, Shigella, E coli patogen penyebab diare atau gastro enteritis. Seseorang dapat menjadi “pembawa” bakteri ini walaupun dia sendiri tidak menderita sakit, tetapi dapat menyebarkan bakteri ini ke orang lain dan menyebabkan sakit. Cara transmisi bakteri ini adalah dari dubur (proses cebok) kemudian tanpa jaminan higienitas, terselip di bawah kuku, dan disebarkan ke makanan atau minuman yang diproduksi atau disajikan.

Prosedur pemeriksaan rectal swab sangat sederhana, yaitu petugas akan mencolokkan ujung lidi kapas ke dalam dubur dan kemudian memindahkan lidi kapas tersebut ke dalam tabung yang berisi media transpor. Proses selanjutnya adalah membiakkannya untuk melihat adanya kuman penyebab sakit gangguan pencernaan (gastro enteritis).

Tidak ditemukannya bakteri penyebab gastroenteritis menjadi salah satu syarat diterima tidaknya seseorang bekerja di perusahaan produsen atau layanan makanan dan minuman tersebut. Apabila hasil pemeriksaan rectal swab tersebut positif ditemukan bakteri penyebab gastroenteritis, maka yang bersangkutan harus menjalani pengobatan hingga bakteri tersebut terbukti tidak terdeteksi.

Hasil pemeriksaan akan dapat diterima dalam waktu 2 – 4 hari sejak rectal swab dilakukan.

WASPADA KANKER MULUT RAHIM

Mulut rahim, leher rahim adalah bagian internal alat reproduksi wanita. Data terbaru di Indonesia, di tahun 2018 terdapat penderita baru kanker mulut rahim 1,79 per 1000 penduduk. Salah satu penyebab terjadinya kanker mulut rahim adalah infeksi HPV (Human Papilloma Virus) tipe risiko tinggi. Di Indonesia, infeksi HPV terjadi lebih dari 2 juta kasus per tahun

HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus yang paling sering ditularkan melalui hubungan seksual. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan masalah kesehatan termasuk kutil genital dan kanker. Tidak semua orang yang terinfeksi HPV menimbulkan gejala, walaupun dia tetap dapat menularkannya kepada orang lain melalui kontak seksual. Tetapi jangan kuatir, karena kini ada vaksin yang dapat mencegah masalah kesehatan tersebut terjadi. Untuk mencegah terjadinya tertular HPV, yang harus dilakukan : 1. Vaksinasi. Vaksinasi HPV aman dan efektif. Vaksin ini dapat melindungi dari penyakit yang disebabkan oleh HPV, termasuk kanker. Vaksin HPV direkomendasikan mulai usia 11 atau 12 tahun dan untuk setiap orang di atas 26 tahun yang belum pernah menerima vaksinasi HPV. Sebagian besar orang dewasa yang aktif secara seksual pernah terpapar HPV, walaupun tidak semua jenis HPV berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan. Vaksinasi HPV pun tidak melindungi terhadap infeksi semua jenis HPV. 2. Melakukan pap smear rutin untuk setiap wanita berusia 21 – 65 tahun yang aktif secara seksual. 3. Melakukan pemeriksaan skrining infeksi HPV jenis risiko tinggi. Pemeriksaan HPV DNA ini direkomendasikan pada wanita di atas 30 tahun. Pada sebagian besar kasus, HPV dapat hilang dengan sendirinya dan tidak menyebabkan masalah kesehatan. Orang-orang yang memiliki daya tahan tubuh cukup tinggi dan menjaga kebersihan dapat mengusir HPV dari tubuhnya. Infeksi HPV tipe risiko tinggi menetaplah yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti kutil atau kanker. Untuk menjadi kanker, memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan lebih dari 10 tahun setelah seseorang terinfeksi HPV. Jenis HPV yang menyebabkan kutil tidak sama dengan jenis HPV yang menyebabkan kanker.  

Selain melalui hubungan seksual, penyebaran HPV dapat terjadi dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan, atau menyusui.

Mulailah dengan pemeriksaan HPV DNA untuk mendeteksi adanya infeksi HPV risiko tinggi untuk mencegah terjadinya kanker mulut rahim.

Salam sehat

MENINGKATKAN KEWASPADAAN dalam PENCEGAHAN KANKER SERVIKS

Sabtu lalu saya diundang kelompok Ibu PKK sebuah kelurahan di sebuah Kotatif. Tema kali itu adalah memberikan pengetahuan kepada Ibu-Ibu bagaimana meningkatkan kewaspadaan dalam pencegahan kanker serviks. Menurut Ibu Lurah, kesadaran masyarakat untuk melakukan pap smear dan peduli check up untuk kesehatan diri masih rendah, meskipun ada program tanpa bayar.

Dalam acara itu saya membeberkan tentang banyak cara mencegah kanker serviks daripada mengobati. Secara umum, cara pencegahan termasuk :

  1. Kurangi konsumsi lemak.
  2. Banyak mengkonsumsi serat & β karoten.
  3. Kurangi rokok, makanan diawetkan, diasin, diasap.
  4. Hindari melahirkan > 5 kali
  5. Hindari berhubungan seksual pertama sebelum usia 18 tahun.
  6. Hindari menikah di usia muda (< 22 tahun).
  7. Hindari berganti-ganti pasangan seksual.
  8. Deteksi dini untuk riwayat keluarga
  9. Perhatikan adanya perubahan mendadak (keputihan berbau, perdarahan setelah hubungan seksual, menstruasi banyak dan lama, nyeri setelah hubungan seksual).
  10. Vaksinasi HPV (vaksin terhadap Human Papilloma Virus).
  11. Melakukan Pap smear secara berkala setelah hubungan seksual pertama.
  12. Melakukan pemeriksaan HPV DNA bila diperlukan / setelah berusia 30 tahun.

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis kanker nomer 2 terbanyak pada wanita setelah kanker payudara. Kanker serviks adalah kanker yang mudah disembuhkan asal diketahui pada stadium dini. Perubahan dari sel-sel normal menjadi sel-sel kanker membutuhkan waktu 10 – 20 tahun. Oleh karena itu kanker serviks sangat mudah dicegah dengan deteksi awal.

Pap smear terbukti dapat menurunkan angka kematian sebanyak 70 % akibat kanker serviks. Dengan dilakukan deteksi adanya infeksi Human Papilloma Virus (pemeriksaan HPV DNA) dan vaksinasi anti HPV, maka angka kejadian kanker serviks dan angka kematian wanita akibat kanker serviks akan semakin menurun.

Salam sehat.

APAKAH CHECK UP

Sebagai dokter spesialis Patologi Klinik yang memiliki sebuah laboratorium klinik, seringkali pasien bertanya: “Kalau check up berapa biayanya, Dok?” Saya selalu terhenyak dengan pertanyaan itu. Para pasien tidak salah, karena sudah terbiasa diberi menu “check up” dengan berbagai diskon oleh penyedia jasa laboratorium klinik. Sebenarnya apa arti check up? Apa tujuannya?

Check up dalam bahasa Indonesia diartikan pemeriksaan kesehatan. Check up tentunya ditujukan untuk memeriksa status kesehatan seseorang. Maka tentu saja check up tidak dapat disamaratakan tiap orang. Check up calon karyawan akan berbeda dengan check up pelajar, check up calon Jamaah Haji, check up anak-anak, check up dewasa muda, check up dewasa, atau check up lanjut usia, check up penyakit metabolik, atau check up calon pengantin.

Menu tiap check up tersebut berbeda, oleh karenanya tentu harganya akan berbeda pula. Check up Diabetes yang hanya memeriksa Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 jam setelah makan, dan HbA1c, tentu akan berbeda harganya dengan check up penyakit metabolik yang memeriksa berbagai fungsi organ. Check up calon pengantin pria tentu berbeda dengan check up calon pengantin wanita. Bahkan check up pada orang yang memiliki keturunan penyakit jantung akan berbeda dengan check up orang yang memiliki keluarga dengan Hepatitis B.

Yang paling baik adalah, konsultasikan dengan dokter keluarga, pemeriksaan check up apa yang dibutuhkan. Dengan demikian ada pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu dilakukan. Atau bahkan ada pemeriksaan yang ditambahkan pada kasus-kasus tertentu.

Salam sehat.

TIPS BERPUASA BAGI PENDERITA KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS)

Selama bulan Ramadhan, umat Muslim berpuasa (tidak makan, minum, merokok) selama 10 – 16 jam, dari sejak sebelum matahari terbit hingga matahari terbenam, tergantung di belahan bumi mana. Di Indonesia umat Muslim berpuasa sekitar 14 jam, bahkan umat Muslim di Irlandia berpuasa selama 20 jam sehari. Dengan bervariasinya lama puasa tersebut, bagaimana para diabetisi (sebutan untuk penderita kencing manis / Diabetes Mellitus) menyikapi pemakaian obat anti diabet yang harus dikonsumsi agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh?

Menurut sebuah penelitian (EPIDIAR), risiko terjadinya hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) berat ,yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, meningkat sebesar 4,7 kali pada DM tipe 1 dan 7,5 kali lebih banyak pada DM tipe 2. Risiko hipoglikemi ini dikaitkan dengan penggunaan Insulin atau obat diabet lainnya, serta perubahan gaya hidup, aktivitas yang terlalu drastis. Tetapi risiko hiperglikemi (peningkatan kadar gula darah) berat juga meningkat sebesar 5 kali pada pasien DM tipe 2, dan meningkat 3 kali lipat pada pasien DM tipe 1. Hiperglikemi ini kemungkinan disebabkan karena pengurangan dosis akibat kuatir terjadi hipoglikemi, atau pasien yang mengkonsumsi lebih banyak makanan dan gula.

Oleh karena itu perlu dipertimbangkan :

  • Pola makan dan pengaturan makan. Tidak menjadi “lapar gula”, terutama saat berbuka dengan takjil.
  • Pastikan konsumsi air cukup setelah Iftar atau Sholat Terawih.
  • Sesuaikan waktu dan intensitas aktivitas fisik. Bila ingin berolahraga, sebaiknya dilakukan setelah berbuka.
  • Penting sekali kontrol gula darah. Hentikan puasa apabila gula darah mencapai 70 mg/dL atau lebih dari 250 gr/dL. Lakukan tes gula darah pada saat Sahur, pagi, tengah hari, sore, saat berbuka, 2 jam setelah berbuka, dan setiap waktu bila ada tanda-tanda hipoglikemi.
  • Gunakan obat diabet dosis biasa saat berbuka dan ½ dosis saat sahur, terutama penggunaan insulin.
  • Hindari tidak Sahur. Usahakan makan Sahur “diakhirkan”. Dan berbuka “disegerakan”.

Selamat menjalankan ibadah puasa dengan sehat.

Salam sehat,

dr. Juliani Dewi, SpPK